Membangun Rumah di Atas Jembatan yang Rapuh
Tahukah kamu, apa arti kata "jembatan" ?
Bagiku,
Jembatan itu tempat melintas makhluk Tuhan,
dari satu tempat persinggahan menuju tempat singgah yang lain.
Singkat benar perjalanan melintasi jembatan.
Barangkali, bukan secara gramatikal,
menurut diriku itulah sebenarnya makna jembatan.
Tapi, bagaimana jika di sekeliling jembatan itu terdapat panorama yang indah?
Ah, jika bisa, makhluk Tuhan itu berlama-lama berdiam di atas jembatan,
entah untuk menikmati panorama itu atau sekedar melepas penat atas kesibukan duniawi.
Jika jembatan itu kokoh,
makhluk Tuhan itu begitu kagum menggaungkan kekuatan jembatannya,
seakan semua harus tau jika ia telah berdiri di atas jembatan nan kokoh.
Tetapi, jika jembatan itu rapuh,
mungkin akan banyak dari mereka yang memilih menghindar daripada melewati.
Dan, dunia, laksana jembatan itu.
Apabila kita telisik lebih dalam,
akan ditemukanlah sebuah falsafah kehidupan,
Bahwa dunia adalah tempat persinggahan sementara.
"Numpang lewat" barangkali ungkapan sederhana memaknainya..
Namun,
Sayang,
amat sayang,
banyak manusia yang sering melupakan falsafah itu,
sehingga mudah terbawa, terlena, bahkan tertipu oleh banyaknya keindahan di dunia nan fana ini.
Laksana membangun sebuah rumah di atas jembatan yang rapuh,
dunia menjadi tempat terindah yang dirasanya tidak akan ditinggalkan.
Dalam urusan dunia,
mudah bagi manusia untuk bermegah-megahan.
Mudah memberangus hak-hak manusia lain
dan menaruh sikap kikir lagi tamak terhadap dunia.
Pada akhirnya,
akan mudah pula bagi manusia,
untuk melupakan kehidupan yang abadi nan pasti terlewati
Apalagi, jika bukan alam akhirat nanti ?
Ya, itu dia.
Alam akhirat.
Lantas, akankah kita (sebagai manusia lemah, yang seharusnya berbenah diri),
justru membangun rumah di atas jembatan itu ?
bahkan, di atas jembatan yang rapuh sekalipun ?
Aku yakin,
sesadar dan sedewasa ini,
kita tidak ingin membangun rumah di atas jembatan yang rapuh.
Maka darinya,
Kita bisa mengambil seuntai mutiara hikmah
bahwa hidup di dunia hanyalah rangkaian senda gurau yang tak tentu arah.
Dan, kelalaian harus segera kita abaikan.
Menjadi langkah perbaikan,
menuju kehidupan abadi yang pasti kita temui setelah kematian.
***
Sebagaimana Allah azza wa jalla, telah berfirman :
“Dan tiadalah kehidupan dun ia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
(QS Al-'Ankabut: 64)
.
.
-Di bawah temaram lampu rumah,
Bekasi, 20 September 2017
Jihan Awaliya Hakim, seorang manusia lemah yang masih banyak berbenah diri.
doakan saja agar wanita yang menulis tulisan ini senantiasa istiqomah di jalan Rabb-nya-
#ReminderForMySelf
Bagiku,
Jembatan itu tempat melintas makhluk Tuhan,
dari satu tempat persinggahan menuju tempat singgah yang lain.
Singkat benar perjalanan melintasi jembatan.
Barangkali, bukan secara gramatikal,
menurut diriku itulah sebenarnya makna jembatan.
Tapi, bagaimana jika di sekeliling jembatan itu terdapat panorama yang indah?
Ah, jika bisa, makhluk Tuhan itu berlama-lama berdiam di atas jembatan,
entah untuk menikmati panorama itu atau sekedar melepas penat atas kesibukan duniawi.
Jika jembatan itu kokoh,
makhluk Tuhan itu begitu kagum menggaungkan kekuatan jembatannya,
seakan semua harus tau jika ia telah berdiri di atas jembatan nan kokoh.
Tetapi, jika jembatan itu rapuh,
mungkin akan banyak dari mereka yang memilih menghindar daripada melewati.
Dan, dunia, laksana jembatan itu.
Apabila kita telisik lebih dalam,
akan ditemukanlah sebuah falsafah kehidupan,
Bahwa dunia adalah tempat persinggahan sementara.
"Numpang lewat" barangkali ungkapan sederhana memaknainya..
Namun,
Sayang,
amat sayang,
banyak manusia yang sering melupakan falsafah itu,
sehingga mudah terbawa, terlena, bahkan tertipu oleh banyaknya keindahan di dunia nan fana ini.
Laksana membangun sebuah rumah di atas jembatan yang rapuh,
dunia menjadi tempat terindah yang dirasanya tidak akan ditinggalkan.
Dalam urusan dunia,
mudah bagi manusia untuk bermegah-megahan.
Mudah memberangus hak-hak manusia lain
dan menaruh sikap kikir lagi tamak terhadap dunia.
Pada akhirnya,
akan mudah pula bagi manusia,
untuk melupakan kehidupan yang abadi nan pasti terlewati
Apalagi, jika bukan alam akhirat nanti ?
Ya, itu dia.
Alam akhirat.
Lantas, akankah kita (sebagai manusia lemah, yang seharusnya berbenah diri),
justru membangun rumah di atas jembatan itu ?
bahkan, di atas jembatan yang rapuh sekalipun ?
Aku yakin,
sesadar dan sedewasa ini,
kita tidak ingin membangun rumah di atas jembatan yang rapuh.
Maka darinya,
Kita bisa mengambil seuntai mutiara hikmah
bahwa hidup di dunia hanyalah rangkaian senda gurau yang tak tentu arah.
Dan, kelalaian harus segera kita abaikan.
Menjadi langkah perbaikan,
menuju kehidupan abadi yang pasti kita temui setelah kematian.
***
Sebagaimana Allah azza wa jalla, telah berfirman :
“Dan tiadalah kehidupan dun ia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
(QS Al-'Ankabut: 64)
.
.
-Di bawah temaram lampu rumah,
Bekasi, 20 September 2017
Jihan Awaliya Hakim, seorang manusia lemah yang masih banyak berbenah diri.
doakan saja agar wanita yang menulis tulisan ini senantiasa istiqomah di jalan Rabb-nya-
#ReminderForMySelf
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung di blog saya yang sederhana ini.
Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan tanpa mengandung unsur SARA. :)