Sangat “Pemalu”

...Suatu yang harus dipikirkan kembali, ketika kita saat ini menjadi “si pemalu” lebih dari diri kita yang dulu...

           
Bukan suatu hal yang salah memang, jika perubahan dalam hidup kita terjadi. Seluruh sikap, sistem tubuh, kepribadian dan tentunya usia kita  tak ayal selalu berubah. Dan, salah satu sistem rasa yang mengalami perubahan adalah rasa malu.

Bisa jadi, kita yang sekarang, lebih pemalu dari diri kita yang dahulu. Atau, justru hal sebaliknya yang terjadi.

Bagaimana dulu, barangkali kalian sama seperti aku, si penulis blog amatiran yang tulisannya sangat tidak berkelas. Yang dahulu, 10 tahun yang lalu, bertingkah sangat nakal dan kini berubah menjadi si pemalu yang tak berkutik sedikitpun dalam suatu adegan humor, paling tidak untuk tertawa. Ya, seperti apapun kalian lebih kurang suatu persamaan antara aku dengan dirimu bahwa: kita sama-sama berubah.

Lebih dari itu, sebenarnya ingin aku luruskan bahwa sikap pemalu tidak selalu membawa dampak pebaikan dalam diri. Ya, itulah yang aku rasa, salah satunya : sikap malu bertanya !

Hey,
Tahukah dirimu wahai kawan, bagaimana euforia masa TK atau masa SD mu, ketika ibu atau bapak guru di kelas berkata, “Siapa yang mau bertanya pada Ibu, tentang pelajaran hari ini ?”

Dan yak, hampir seluruh kelas mengacungkan tangan kanannya tinggi-tinggi, termasuk dirimu.

Atau celetukan kecil dari bapak dan ibu guru yang baru saja mengenalmu sebagai murid manisnya, tetapi mereka salah menyebut nama panggilanmu saat kamu melintas di hadapan mereka. Seketika, dalam sekejap bibir mungilmu memberi arahan jelas tentang apa yang harus disebutkan oleh gurumu yang sebenarnya dan tentunya tentang siapa dirimu. Begitu jelas, dan terperinci.

Atau bujukan bapak ibu guru yang berkata, “Siapa yang bisa maju ke depan kelas dan menjawab pertanyaan matematika ini, Ia akan pulang lebih dulu dari siswa yang lain, jadi siapa yang mau pulang duluan...?”

Dan, kamu menjadi bagian dari orang-orang yang mengangkat tangan dan maju ke depan kelas untuk menjawab, atau minimal berdegup keras jantungmu karena harap-harap cemas dapat menjawab pertanyaan matematika itu. Terekam jelas dalam bayanganku, dan aku berharap skema sederhana itu tentu ada dalam pikiranmu, bahwa hal itu pernah terjadi.

Tapi kini,
Skenario sejarah hidup tersebut yang telah kau lalui, berubah sedikit demi sedikit, bahkan mungkin tak berbekas dan tak meninggalkan jejak. Perubahan menuju hal itu terjadi perlahan.

Saat berada di SMP barangkali dirimu menjadi sedikit lebih skeptis, menganggap bahwa dirimu sendiri tidak pantas untuk bertanya (bahkan untuk sesuatu yang penting bagimu) di hadapan guru atau dalam suatu forum diskusi ekskul yang kau ikuti. Selain itu, sedikit hilang euforia berdegupnya jantungmu ketika guru  di kelas mengajukan pertanyaan di hadapanmu.

Kemudian, saat masa-masa SMA, semua histori hidupmu tentang dirimu yang pintar “bertanya” untuk menemukan gagasan terbaik dan menjawab pertanyaan, telah hilang !. Kamu menjadi sangat skeptis, hidupmu statis di kelas bahkan di luar forum kelas pun, suara dan deklarasimu untuk bertanya berangsur memudar.

Padahal, tahukah dirimu bahwa: Bertanya merupakan suatu hak kita, dan suatu pertanyaan menjadi titik awal dari gagasan terbaik untuk dapat muncul.

Hak untuk lebih mengerti di kelas hanya kita manfaatkan di masa TK dan SD.
Lantas, saat berada di bangku SMP dan SMA hak yang seharusnya kita ambil di kelas dalam setiap sesi pelajaran, sedikitpun tidak kita gunakan. Tentu saja, cemerlangnya ide, gagasan dan daya berargumentasi dalam diri kita ini kian meredup.

Tanpa pertanyaan tiada muncul gagasan. Dan, bagaimana mungkin kita menjadi “sangat pemalu” seperti ini ?

Ya, sedikit harapanku untuk dirimu wahai kawan. Sekaligus menjadi pengingat bagiku. Bahwa dalam hidup ini, kita tidak boleh menjadi sosok manusia “pemalu” yang buruk. Kita harus punya rasa malu, tetapi rasa itu tidak boleh menyurutkan diri kita dalam mengambil hak dan mengutarakan hak di kelas (bahkan dimanapun kita berada) untuk unjuk pendapat, berbagi ide, sekaligus mempertanyakan sesuatu yang berkelas.

Dengan demikian, bertanya dan menghimpun berjuta gagasan penting bukanlah hal yang asing bagimu.. :)


Orang hebat bukan hanya ia memiliki daya bertanya yang baik. Namun mereka menjadi hebat melalui kemampuannya mempertanyakan hakikatnya sebagai manusia.”


~ditulis dengan hati,
di Bekasi


Komentar

Yang Mungkin Terlewatkan

Jodoh

Perjalanan Menuju Cahaya (2)